Winking Hello Kitty
Winking Hello Kitty

Sabtu, 11 Oktober 2014

makalah farmakologi




MAKALAH
FARMAKOLOGI
OBAT SISTEM PERNAFASAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran farmakologi

 
 
Disusun Oleh:
Arieska widya pambayun


SMK FARMASI RIYADHUL JANNAH
 JALANCAGAK
Tahun Ajaran 2014/2015



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas Farmakologi dengan membahas “Obat yang bekerja pada saluran pernapasan”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
                                                                                                                
Jalancagak, 11 Oktober  2014



















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 SALURAN PERNAPASAN
2.2. OBAT SALURAN PERNAFASAN
2.2.2. Obat  Asma
2.2.2.1. Antihistaminika.
2.2.2.2. Kortikosteroid
2.2.2.3. Antiasma dan Bronkodilator
2.2.2.4 Ekspektoran
2.2.3. Obat-obat batuk





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) termasuk flu, renitis akut, sinusitis, tonsillitis akut dan laryngitis akut. Pilek adalah tipe infeksi saluran nafas atas yang paling seering ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan anak-anak rata-rata 4-12 kali pertahun. Insidennya bervariasi menurut musim, kira-kira 50 % dari penduduk akan mendapat penyakit ini pada musim dingin dan 25 % pada musim panas. Biasanya, flu tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya; tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah.

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun dengan beberapa tujuan dibuatnya makalah Farmakologi ini, yaitu :
  1. memenuhi tugas yang diberikan guru farmakologi  dan juga sebagai pembelajaran bagi kami khususnya tentang materi “ OBAT SALURAN PERNAFASAN “
  2. Sebagai pelengkap bagi siswa dan pengajar dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mata pelajaran Farmakologi.
  3. Memberikan tuntunan bagi siswa yang sedang mempelajari materi tentang “Obat Saluran Pernafasan”
  4. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SALURAN PERNAPASAN
Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:
1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveoulerv – kapiler
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru.
Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama :
  1. Saluran pernafasan atas
  2. Saluran pernafasan bawah
  • Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan toksilitis.
  • Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis.
Cara (cheronic aspecific respiratory affections)
Mencakup semua penyakit saluran nafas yang berartikan penyumbatan (obstruksi) bronchi di sertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum) berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta peralihannya. Yakni asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru yang gejala klinisnya dapat saling menutupi (everlapping). Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas (dispnoe) saat mengeluarkan tenaga, selama istirahat dan sebagai serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak kental. Karena gangguan tersebut memiliki mekanisme pathofisiologi yang berbeda-bedaa dengan penanganan yang juga tidak sama.



2.2. OBAT SALURAN PERNAFASAN
2.2.2. Obat  Asma
2.2.2.1. Antihistaminika.
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik. Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamiin menyebabkan mulut kering dan pengurangan sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati rhinitis yang ditimbulkan oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan penderita bersin banyak obat-obat flu yang dapat dibeli bebas mengandung antihistamin, yang dapat menimbulkan rasa mengantuk.
Contoh obat antihistamin
·         Difenhidramin
·         ( Benadryl )
·         Kloerfenilamen maleat
·         Fenotiasin
·         (aksi antihistamin)
·         Prometazine
·         Timeprazine
·         Turunan piperazine
·         (aksi antihistamin)
·         Hydroxyzin
2.2.2.2. Kortikosteroid
          Kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal. Penggunaannya terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus, selian itu juga pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronchi, zat-zat ini dapat diberikan per inhalasi atau peroral. Penggunaan oral untuk jangka waktu lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan dapat mengakibatkan osteoporosis.
Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason, budesonid.



2.2.2.3. Antiasma dan Bronkodilator
Bronkodilator adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas yang disebabkan oleh asma, bronchitis, bronchiolitis, pneumonia dan emfisema.
Bronkodilator mendilatasi bronchus dan bronchiolus yang meningkatkan aliran udara. Bronkodilator dapat berupa zat endogen atau berupa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas.
Yang termasuk obat obat bronkodilator :
·                     Adrenergik
zat-zat ini bekerja lebih kurang selektif terhadap reseptor b2 adrenergis dan praktis tidak terhadap reseptor- b1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap kedua reseptor sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap jantung, seperti efedrin, inprenalin, orsiprenalin dan heksoprenalin. Pengecualian adalah adrenalin (reseptor dan b) yang sangat efektif pada keadaan kemelut.
Obat-obat adrenergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :
Adrenalin epinefrin Lidonest 2%.
Efedrin : *Asmadex, * Asmasolon, * Bronchicum”
Isoprenalin : Isuprel Aleudrin
Orsiprenalin (Metaproterenol, Alupent, Silomat comp)
Salbutamol: ventolin, salbuven
Terbutalin : Bricasma, Bricanyl
Fenoterol (berotec)

·                     Antikolinergik
Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergis dan sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergis terhambat, maka sistem kolinergis akan berkuasa dengan akibat bronchokonstriksi. Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi.
Penggunaan terutama untuk terapi pemeliharaan HRB, tetapi juga berguna untuk meniadakan serangan asma akut (melalui inhalasi dengan efek pesat).
Efek samping yang tidak dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan dahak dan tachycardia, yang tidak jarang mengganggu terapi. Yang terkenal pula adalah efek atropin, seperti mulut kering, obstipasi, sukar berkemih, dan penglihatan buram akibat gangguan akomodasi. Penggunaanya sebagai inhalasi meringankan efek samping ini (3,4).
Contoh obat antikolinergik yang sering digunakan sebagai bronchodilator :
Ipratropium : Atrovent
·                     Xanthin
 Daya bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blokade reseptor adenosin. Selain itu, teofilin seperti kromoglikat mencegah meningkatnya hiperektivitas dan berdasarkan ini bekerja profilaksi. Resorpsi dari turunan teofilin amat berbeda-beda; yang terbaik adalah teofilin microfine (particle size 1-5 micron) dan garam-garamnya aminofilin dan kolinteofilinat. Penggunaanya secara terus-menerus pada terapi pemeliharaan ternyata efektif mengurangi frekuensi serta hebatnya serangan. Pada keadaan akut (infeksi aminofilin) dapat dikombinasi dengan obat asam lainnya, tetapi kombinasi dengan b2-mimetika hendaknya digunakan dengan hati-hati berhubungan kedua jenis obat saling memperkuat efek terhadap jantung. Kombinasinya dengan efedrin (Asmadex, Asmasolon) praktis tidak memperbesar efek bronchodilatasi, sedangkan efeknya terhadap jantung dan efek sentralnya amat diperkuat. Oleh karena ini, sediaan kombinasi demikian tidak dianjurkan, terutama bagi para manula.

2.2.2.4 Ekspektoran
 Ekspektoran adalah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernafasan. Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak.
Yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate, Ammonium Klorida, Succus liquiritae dan lain-lain.



2.2.3. Obat-obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
  1. Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen)
  2. Ekspektoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
  3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikunrangi dan pengeluarannya dipermudah.
  4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase), obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang mengelitik.
  5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan alklorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan.
  6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.
Penggolongan lain dari antitussiva menurut titik kerjanya, yaitu :
  1. Zat-zat sentral SSP
Menekan rangsangan batuk di pusat batuk (modula), dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan.
    1. Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
    2. Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
  1. Zat-zat perifer di luar SSP , jadi di periferi dan dapat dibagi pula dalam beberapa kelompok yang sudah disebutkan di atas, yakni:emolliensia, ekspektoransia, dan mukolitika, anestika lokal dan zat-zat pereda.
    • Ekspektoransia : Amonium klorida, guaiakol, ipeca dan minyak terbang
    • Mukolitika : asetilkarbosistein, mesna, bromheksin, ambroksol
    • Zat-zat pereda : oksolamin, dan tipepidin (Asvex)

BAB III
PENUTUP

3.1.  KESIMPULAN
1. Obat-obatan yang mempengaruhi pernafasan adalah Obat yang bekerja dan mempengaruhi sistem pernafasan
2. Obat obat asma
a)      Antihistamin
b)      Bronchodilator
·         Adrenergika
·         Antikoliergika
·         Derivat xantin
c)      Kortikosteroida
d)     Ekspektoransi
3 Obat obat batuk
Penggolongan Obat batuk  berdasarkan mekanisme kerjanya :

1.      Emolliensia,
2.      Ekspektoransia
3.      Mukolotika
4.      Zat pereda
5.      Antihistaminika
6.      Anastetika local


Penggolongan obat batuk menurut titik kerjanya
  1. Zat-zat sentral SSP
         Zat adiktif : doveri , kodein, hidrokodon dan normetadon.
         Zat nonadiktif : noskopin, dekstrometorfan, pentosiverin.
2.      Zat-zat perifer di luar SSP
o   Ekspektoransia : Amonium klorida, guaiakol, ipeca dan minyak terbang
o   Mukolitika : asetilkarbosistein, mesna, bromheksin, ambroksol
o   Zat-zat pereda : oksolamin, dan tipepidin (Asvex)
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Priyatno.2010.Farmakologi Dasar.Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi (LESKONFI): Depok
ldadamayan.blogspot.com/2012/12/makalah-obat-antiasma-dan-saluran.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkodilator


Tidak ada komentar:

Posting Komentar